Latar Belakang :
Perhatian utama masyarakat tentang perekonomian di Indonesia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari Indonesia semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pada setiap akhir tahun Pemerintah dan para ekonom selalu mengumpulkan data-data statistik yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang diharapkan. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi Indonesia . Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di Indonesia sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Tugas : Metode Riset
Jurnal ke : 1
Perekonomian Indonesia Tahun 2009
Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan akibat krisis menghadapkan perekonomian Indonesia pada beberapa tantangan yang tidak ringan pada tahun 2009. Tantangan tersebut cukup mengemuka terutama pada awal tahun 2009, akibat masih kuatnya dampak krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya pada triwulan terakhir tahun 2008. Ketidakpastian yang terkait dengan sampai seberapa dalam kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan terjadi, bukan saja menyebabkan tingginya risiko di sektor keuangan, tetapi juga berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi ini mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I
2009 masih mengalami tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi masih dalam tren menurun akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Perkembangan yang kurang menguntungkan tersebut pada gilirannya telah menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor riil, serta berisiko menurunkan berbagai capaian positif beberapa tahun sebelumnya.
Sejumlah kebijakan telah ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menghadapi tantangan tersebut sepanjang tahun 2009. Kebijakan yang diambil pada prinsipnya merupakan lanjutan dari berbagai kebijakan yang telah ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah sejak triwulan IV 2008. Di tengah kondisi masih kuatnya ketidakpastian di sektor keuangan dan sektor riil, berbagai kebijakan diarahkan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, dan daya tahan perekonomian domestik. Di bidang moneter, Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran moneter yang dilengkapi dengan berbagai kebijakan lainnya, termasuk upaya meredam volatilitas yang berlebihan di pasar valuta asing. Kebijakan Bank Indonesia di bidang perbankan diarahkan untuk memperkuat daya tahan industri perbankan dengan tetap melanjutkan upaya-upaya untuk meningkatkan peran intermediasi perbankan. Di bidang fiskal, Pemerintah dengan dukungan persetujuan DPR mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus, baik melalui insentif pajak maupun upaya menjaga daya beli masyarakat. Pemerintah pada awal tahun juga menurunkan harga BBM bersubsidi untuk premium dan solar. Di samping itu, Pemerintah mengimplementasikan kebijakan sektoral untuk memperkuat daya tahan perekonomian domestik.
Serangkaian kebijakan yang ditempuh tersebut, tidak saja berhasil menjaga stabilitas makroekonomi, sistem keuangan, tetapi juga memperkuat daya tahan perekonomian domestik, sehingga kinerja perekonomian mulai membaik sejak triwulan II 2009. Setelah mengalami tekanan berat pada triwulan I 2009, stabilitas sistem keuangan dan makroekonomi juga semakin membaik sampai dengan akhir tahun 2009. Hal itu tercermin pada berbagai indikator di sektor keuangan seperti CDS, IHSG, yield SUN, dan nilai tukar yang membaik. Perbaikan stabilitas sistem keuangan kemudian menjadi basis bagi penguatan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor riil dan mendorong peningkatan aktivitas perekonomian, yang sejak triwulan III 2009 berhasil melewati angka pertumbuhan terendahnya.
Analisis :
secara keseluruhan perekonomian Indonesia telah melewati tahun yang penuh tantangan ini dengan capaian yang cukup baik. Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun 2008, menurut para ekonom pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%, tertinggi ketiga setelah China dan India. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dapat dihindari karena struktur ekonomi banyak didorong permintaan domestik. Inflasi juga tercatat rendah , terendah dalam satu dekade terakhir. Sistem keuangan kembali terjaga dengan mulai pulihnya fungsi intermediasi perbankan terutama pada paro kedua tahun 2009. Tekanan lebih dalam di sistem keuangan domestik dapat sedikit diredam karena adanya ketentuan yang melarang perbankan domestik untuk melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif terutama terkait dengan structured product.Ketentuan tersebut merupakan rangkaian kebijakan penguatan dan konsolidasi sistem perbankan pascakrisis
Perekonomian Indonesia Tahun 2010
Perekonomian Indonesia Tahun 2011
Tugas : Metode Riset
Jurnal ke : 2
Perekonomian Indonesia Tahun 2010
Krisis ekonomi global, yang sudah diprediksi oleh beberapa pengamat satu-dua tahun sebelumnya, mencapai puncaknya pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009. Peluruhan ekonomi ini pada awalnya hanya mengguncang pasar saham dan pasar finansial dunia. Beberapa Bank besar bertumbangan. Tetapi, karena arsitektur ekonomi itu berakit erat satu sama lain, maka krisis kemudian mau tak mau merembet juga ke sektor riil. Beberapa industri otomotif besar lunglai. Ekonomi dunia mengalami kontraksi yang tajam.
Sebagai sebuah negara yang berada dalam pusaran ekonomi Ekonomi Indonesia 2010 Optimistisglobal, Indonesia tentu mengalami dampak peluruhan ekonomi dunia ini. Pada kuartal terakhir tahun 2008, pertumbuhan ekonomi domestik anjlok. Nilai tukar rupiah atas dollar tembus hingga lebih dari Rp 12.000,- per dollar. Indeks pasar modal turun di bawah 2000. Pertumbuhan industri otomotif juga menurun tajam. Kondisi yang lesu ini menjadi saat-saat yang cukup berat bagi perekonomian nasional.
Namun, sebetulnya imbas krisis global tidak terlampau mengoyak perekonomian Indonesia. Pengamat ekonomi, Tjiptono Darmadji, mengatakan di tengah kontraksi tajam yang dialami banyak negara di dunia, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang cukup optimistis dengan pertumbuhan ekonominya. “Ekonomi kita pada kuartal keempat tahun 2008 memang jelek dan mengalami kontraksi. Tetapi sepanjang tahun 2009, tanda-tanda pemulihan sudah mulai tampak”Performa ekonomi Indonesia selama kuartal I/2009 dengan catatan laju produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,4%, menjadi salah satu pertanda tepatnya penanganan perekonomian Indonesia.
Analisis :
Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 cukup berhasil dalam melakukan antisipasi dibandingkan negara lain dikarenakan pemerintah dan bank sentral mampu menerapkan kebijakan moneter , fiskal dan nilai tukar. Para ekonom Indonesia menilai bahwa indonesia sangat bagus dan tepat menangani krisis global yang terjadi.Performa ekonomi Indonesia selama kuartal I/2009 dengan catatan laju produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,4%, menjadi salah satu pertanda tepatnya penanganan perekonomian Indonesia.
Tugas : Metode Riset
Jurnal ke : 3
Perekonomian Indonesia Tahun 2011
Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah yang semakin membaik. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus yang relatif besar dengan cadangan devisa yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang mengalami apresiasi. Di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski sempat terjadi tekanan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011 sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh selama ini, Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.
Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat mampu meminimalkan dampak dari gejolak ekonomi global. Ketidak pastian yang muncul akibat krisis utang Eropa dan kekhawatiran terhadap prospek pemulihan perekonomian AS telah memicu gejolak di pasar keuangan dan pelemahan pertumbuhan ekonomi global tahun 2011. Dampak dari gejolak global tersebut ke Indonesia lebih banyak dirasakan di pasar keuangan terutama pasar saham dan obligasi, sementara dampak pada sektor riil relatif minimal. Di sektor keuangan, penarikan modal luar negeri oleh sebagian investor pada semester II tahun 2011 memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah, imbal hasil obligasi Pemerintah, dan harga saham. Namun, dengan langkah-langkah stabilisasi oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, didukung oleh kuatnya fundamental sektor keuangan dan terjaganya stabilitas makroekonomi, gejolak pasar keuangan dapat dihindari. Di sektor riil, daya tahan perekonomian Indonesia dari sisi eksternal didukung oleh diversifikasi pasar ekspor dengan semakin besarnya perdagangan intra-regional di kawasan Asia dan semakin meningkatnya peran foreign direct investment (FDI). Dari sisi domestik, daya tahan ekonomi juga didukung oleh kuatnya daya beli terkait dengan meningkatnya pendapatan dan struktur demografi yang sebagian besar berada dalam usia produktif.
Analisis :
Perekonomian pada tahun 2011diperkirakan oleh banyak pihak sebagai lebih baik daripada beberapa tahun sebelumnya. Di samping fundamental ekonomi yang kuat, respons kebijakan yang tepat mampu menopang ketahanan perekonomian nasional. Bank Indonesia dan Pemerintah melakukan koordinasi kebijakan dalam memperkuat fundamental ekonomi sekaligus memiti gasi dampak gejolak eksternal. Dari sisi Bank Indonesia, penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial secara terukur dan pada waktu yang tepat telah berhasil menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bauran kebijakan tersebut diterapkan melalui respons kebijakan suku bunga dan nilai tukar, serta kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan aliran modal asing dan likuiditas perbankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar