Etika utilitarianisme adalah suatu
kebijaksanaan atau tindakan itu baik dan tepat secara moral jika dan hanya jika
kebijaksanaan atau tindakan tersebut mendatangkan manfaat atau keuntungan untuk
orang banyak. Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan
sekurang-kurangnya menghindari atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh
perbuatan yang dilakukan, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Adapun
maksimalnya adalah dengan memperbesar kegunaan, manfaat, dan keuntungan yang dihasilkan
oleh perbuatan yang akan dilakukan. Perbuatan
harus diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan daripada penderitaan, manfaat
daripada kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian besar orang Dengan demikian, perbuatan manusia
baik secara etis dan membawa dampak sebaik-baiknya bagi
diri sendiri dan orang lain.
Aristoteles dalam Nicomachean Ethics menulis bahwa moralitas ialah
pencarian “kebaikan akhir” atau “kebaikan unggul”. Ini dapat diterima, tetapi
pertanyaannya ialah tetap bagaimana mendefinisikan kebaikan akhir itu? Kebaikan
akhir itu seringkali ditafsirkan sebagai kebahagiaan, yang membawa kita ke satu
teori utama teleologi, utilitarianisme. Utilitarianisme memandang pada konsekuensi
suatu tindakan, dan didasarkan pada karya Jeremy Bentham (1748-1832) dan John
Stuart Mill (1806-1873). Ada kesamaan sejarah dengan pemikir lain dalam
kebudayaan yang berbeda, misalnya apa yang diajarkan oleh Mo Tzu di Cina dalam
abad ke-6 SM. “Prinsip
utilitas menekankan bahwa kita perlu selalu menghasilkan keseimbangan maksimum
antara kesenangan/kenikmatan atas rasa sakit, atau kebaikan atas cedera, atau nilai positif atas
tak-bernilai.”
Awalnya ahli-ahli filsafat yang mengikuti jalan
berpikir ini memfokuskan pada nilai kebahagiaan; tetapi, akhir-akhir ini nilai
intrinsik termasuk persahabatan, pengetahuan, kesehatan, keindahan, otonomi,
pencapian dan sukses, pemahaman, kesenangan dan hubungan pribadi yang mendalam
telah ditambahkan. Utilitarianisme dapat berupa hal yang dingin dan
berperhitungan, tetapi telah dinyatakan oleh para pendirinya dan orang-orang
lain sebagai yang merupakan pernyataan cinta persaudaraan. Utilitarianisme
secara internal koheren, sederhana dan menyeluruh dan dapat memecahkan dilema.
Kita dapat juga mempersoalkan kebahagiaan untuk orang yang akan hadir
(potensial), jadi menerapkannya bagi persoalan reproduksi manusia.
Tetapi, mungkin tidak ada konsekuensialis murni.
Jika ada sedikit perbedaan dalam konsekuensi, sebagian besar orang akan
memandang salah untuk mengingkari janji, dan akan mengambil keputusan atas
dasar keterikatan itu. Semua masyarakat menerima sejenis hak milik, dan
sebagian besar tidak menerima mencuri dari si kaya untuk diberikan pada si
miskin, walaupun ini akan menolong lebih banyak orang. Tetapi, banyak
masyarakat menerima skala pajak yang berbeda, mengenakan pajak terhadap
penerima penghasilan yang lebih tinggi semakin besar. Kebanyakan orang
menghargai motif yang baik di atas motif jelek, walaupun konsekuensinya dapat
sama. Juga pemikiran para konsekuensialis mungkin memperkenankan pelanggaran
hak-hak asasi manusia, dan dapat secara berlebihan membatasi otonomi.
Konsep Utilitarianisme adalah
sebuah prinsip yang sering digunakan sebagai dasar pemikiran bagi perilaku yang
harus dibenarkan. Secara singkat, pendekatan ini pada pemikiran etis
mengatakan bahwa kebenaran dan kesalahan dari setiap tindakan seluruhnya
tergantung pada hasilnya yang diperoleh dari perbuatan tersebut. Nilai positif
Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan
universalnya. Rasionalnya adalah kepentingan orang banyak lebih berharga
daripada kepentingan individual. secara universal semua pebisnis dunia saat ini
berlomba-lomba mensejahterakan masyarakat dunia, selain membuat diri mereka
menjadi sejahtera. berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang
bersamaan mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat
mulia.
Will Kymlicka, menegaskan bahwa etika ultilitarinisme mempunyai 2 daya
tarik yaitu :
Etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas dan etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan manusia.
Etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas dan etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan akibatnya bagi kesejahterahan manusia.
Etika ini memiliki kriteria antara lain manfaat,
manfaat terbesar, dan bagi sebanyak mungkin orang. Antara lain:
1. Manfaat
Bahwa
kebijakan atau tindakan tertentu dapat mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
2. Manfaat terbesar
Sama
halnya seperti diatas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang
lebih besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
3. Manfaat bagi sebanyak m
ungkin orang.
Kriteria
yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika utilitarianisme adalah manfaat
terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Dengan kata lain, kebijakan atau tindakan
yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah kebijakan
atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau
tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang / kelompok tertentu.
Etika utilitarianisme terdapat juga terdapat nilai positif, yakni:
a) Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh
etika utilitarianisme ini tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita
pahami dan yang tidak bias kita persoalkan keabsahannya.
b) Universalitas, yaitu berbeda dengan etika
teleologi lainnya yang terutama menekankan manfaat bagi diri sendiri atau
kelompok sendiri, utilitarianisme justru mengutamakan manfaat atau akibat baik
dari suatu tindakan bagi banyak orang.
Etika Utilitarianisme ditinjau sebagai Proses dan sebagai Standart
Penilaian, adalah:
1.
Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil
sebuah keputusan, kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain,
etika utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia
menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang tindakan
atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.
2.
Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bai
tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga
criteria di atas lalu benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah
suatu tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak.
Yang paling pokok adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi
berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan hasil
terbaik bagi banyak orang.
Dibalik itu juga etika ultilitarinisme
terdapat kelemahan-kelemahan, antara lain :
·
Manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam
praktiknya malah menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit. Karena manfaat
manusia berbeda yang 1 dengan yanag lainnya.
·
Persoalan klasik yang lebih filosofis adalah bahwa etika
ultilitarinisme tidak pernaah menganggap serius suatu tindakan pada dirinya
sendiri dan hanya memperhatikan nilai dari suatu tindakan sejauh kaitan dengan
akibatnya. Padahal, sangat mungkin terjadi suatu tindaakan pada dasarnya tidak
baik, tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat.
·
Etika ultilitarinisme tidak pernah menganggap serius kemauan atau
motivasi baik seseorang
·
Variable yang dinilai tidaak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena
itu sulit mengukur dan membandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan
variable yang ada.
·
Kesulitan dalam menentukan prioritas mana yang paling diutamakan.
·
Bahwa etika ultilitarinisme membenarkan hak kelompok minoritas
tertentu dikorbankan demi kepentingn mayoritas. Yang artinya etika
ultilitarinisme membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang
lebih bagi sekelompok orang.
Analisis keuntungan dan kerugian yaitu:
Etika ultilitarinisme sangat cocok dipakai
untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau kebijakan yang
berkaitan dengan orang banyak. Dipakai secara sadar atau tidaak sadar dalam
bidang ekonomi, social, politik yang menyangkut kepentinagan orang banyak.
Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-mata
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar
bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan
dan kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik
kelompok primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga
diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis
suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor,
konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini
berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas
sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi
bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam kerangka uang (satuan
yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian serius
adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek
financial, melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak
karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika
utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka
kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait yang
berkepentingan.
Ketiga¸bagi bisnis yang baik,
hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan dan kerugian adalah
keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting karena bias saja
dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat
menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang
tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan
adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah
konkret yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah
mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis
sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama
dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok
terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak merugikan
kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan. Kedua, semua
alternative pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan
dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral. Ketiga, neraca
keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan
dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada akhirnya ada
kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang dilakukan suatu
perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial, melainkan juga baik dan
etis.
CSR Goal Indosat
Bertumbuh, mematuhi ketentuan dan
regulasi yang berlaku serta Peduli kepada masyarakat.
Program CSR di tahun 2008 memiliki tema khusus “Indosat Cinta Indonesia”, yang kemudian pada tahun 2009, tema CSR Indosat berkembang menjadi “Satukan Cinta Negeri” sebagai bentuk refleksi komitmen dan tanggungjawab Indosat sebagai perusahaan di Indonesia yang Peduli atas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta upayanya untuk senantiasa berkarya, memberikan manfaat, serta mengajak peran serta seluruh stakeholder untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik, yang merupakan terjemahan dari keinginan masyarakat pada umumnya untuk terlibat secara aktif dalam berbagai program sosial Indosat.
Program CSR di tahun 2008 memiliki tema khusus “Indosat Cinta Indonesia”, yang kemudian pada tahun 2009, tema CSR Indosat berkembang menjadi “Satukan Cinta Negeri” sebagai bentuk refleksi komitmen dan tanggungjawab Indosat sebagai perusahaan di Indonesia yang Peduli atas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, serta upayanya untuk senantiasa berkarya, memberikan manfaat, serta mengajak peran serta seluruh stakeholder untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik, yang merupakan terjemahan dari keinginan masyarakat pada umumnya untuk terlibat secara aktif dalam berbagai program sosial Indosat.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Utilitarianisme
http://ulffahfahh.wordpress.com/2012/10/24/tugas-1-etika-bisnis/
http://pengertianx.blogspot.com/2013/05/pengertian-csr-corporate-social-responsibility-adalah.html
http://gietayonghwa.wordpress.com/2012/11/29/salah-satu-contoh-perusahaan-pengguna-csr-corporate-social-responsibility/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar