SIKAP MAHASISWA DALAM PEMANFAATAN PROGRAM PEMERIKSAAN
DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MAHASISWA (PPKM) BALAI
PENGOBATAN SEWU HUSADA BHAKTI PRIMA YOGYAKARTA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balai pengobatan Sewu Husada Bhakti Prima (SHBP) adalah salah satu balai pengobatan yang menjalankan fungsi di atas, dimana pelayanan medik yang diberikan dapat bersifat pelayanan medik dasar yang meliputi
aspek pencegahan primer (health promotion & spesific protection) dan pencegahan sekunder yang terdiri dari cacat. Disamping pencegahan tertier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dapat dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensi keahliannya.
Pelayanan medik dasar ini merupakan basis dari sistem rujukan medik kesehatan di balai pengobatan Sewu Husada Bhakti Prima (SHBP).Balai pengobatan ini berada di bawah naungan Yayasan Kesehatan Rajawali Citra. Yayasan ini non pemerintah dan tidak berafiliasi dengan parpol manapun, juga bukan merupakan organisasi yang bersifat keagamaan. Dalam perkembangannya balai pengobatan ini melakukan kerja sama dengan Akademi Manajemen Administrasi Yogyakarta beserta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global untuk memberikan layanan pemeliharaan kesehatan bagi mahasiswa, dosen dan karyawan dari kedua
perguruan tinggi tersebut. Pelayanan yang diberikan oleh Balai Pengobatan ini meliputi pelayanan poli umum, perawatan dan salon gigi, konsultasi gizi, konsultasi kesehatan reproduksi, fisioterapi, tes laboratorium dan rawat kunjung. Adapun jumlah rata-rata mahasiswa yang memanfaatkan pelayanan di balai pengobatan Sewu Husada Bhakti Prima (SHBP) pada perkembangan tiap tahunnya menunjukkan adanya kecenderungan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah rata-rata per hari
Mahasiswa yang menggunakan layanan SHBP
Tahun
|
Jumlah rata-rata Mahasiswa Pasien Perhari
|
2002 / 2003
2003 / 2004
2004 / 2005
2005 / 2006
|
1,62
3,37
6,56
16,37
|
Sumber : Laporan Tahunan Administrasi Medis BP. SHBP
Namun demikian apabila dilihat dari prosentase jumlah mahasiswa yang memanfaatkan layanan SHBP dibandingkan dengan jumlah mahasiswa yang ada masih relatif kecil. Hal ini dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 2. Jumlah mahasiswa AMA dan STIKES Surya Global
Tahun Mahasiswa AMA Mahasiswa
Tahun
|
Mahasiswa
AMA
|
Mahasiswa
STIKES
|
Total
Mahasiswa
|
2002 /2003
2003 /2004
2004 /2005
2005 /2006
|
1262
1776
1292
1035
|
0
668
1308
1722
|
1262
2444
2600
2757
|
Sumber : Laporan Semester AMA – STIKES
Melihat kenyataan tersebut, beberapa upaya telah dilakukan oleh SHBP dalam rangka pemberian pelayanan sekaligus sebagai rasa tanggung jawab yang diamanahkan oleh pihak perguruan tinggi. Salah satunya adalah peningkatan pelayanan yang diberikan SHBP kepada mahasiswa, diantaranya meliputi : pengobatan gratis dokter atau paramedis apabila mahasiswa sakit dengan obat tertanggung di Pusat Kesehatan Umum SHBP, gratis pemeriksaan dan pengobatan kesehatan gigi, adanya potongan biaya 10% untuk pemeriksaan laboratorium, konsultasi bebas biaya, pemberian info kesehatan, cek golongan darah dengan potongan 30%, dan berbagai ragam fasilitas lainnya.
Dalam rangka optimalisasi peran SHBP untuk meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan dan minat mahasiswa untuk memanfaatkan jasa layanan kesehatan SHBP tersebut, maka penulis merasa perlu untuk
mengetahui tentang sikap mahasiswa STIKES Surya Global dan AMA Yogyakarta dalam memanfaatkan program BPKM Prima,dan pentingnya penelitian sikap sikap bagi SHBP adalah untuk mengembangkan produk baru, memposisikan produk sekarang,dan meramalkan preferensi seorang konsumen terhadap suatu produk.
B. Masalah Penelitian
Dari uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahanpermasalahannya sebagai berikut :
1. Apakah aspek pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif) dan kecenderungan perilaku (konatif) mempengaruhi mahasiswa dalam memanfaatkan program PPKM Prima ?
2. Aspek manakah yang paling dominan mempengaruhi mahasiswa dalam memanfaatkan program PPKM Prima ?
3. Adakah perbedaan sikap mahasiswa dalam memanfaatkan program PPKM Prima, antara mahasiswa yang tinggal di rumah sendiri dan mahasiswa yang tinggal di tempat kos?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi aspek-aspek sikap yang mempengaruhi mahasiswa dalam memanfaatkan Program PPKM Prima.
2. Menentukan aspek dominan dari sikap mahasiswa dalam memanfaatkan Program PPKM Prima.
3. Mengidentifikasi perbedaan sikap mahasiswa dalam pemanfaatan Program PPKM Prima antara mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri dan mereka yang tinggal di tempat kos.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectionial, atau menurut Abramson (1991) disebut potong lintang, yakni hanya menunjukkan apa yang ada pada saat penelitian.
A. Populasi dan sample
Sampel diambil secara sengaja (non-probability sampling) setelah menilai kepantasan responden (judgement sampling) dan juga mempertimbangkan faktor kemudahan menghubungi (convinence sampling). Hal ini dikenal dengan teknik purposive sampling.Penentuan jumlah sampel adalah sebanyak 270 orang,
B. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumplan data dilakukan dengan survei langsung kepada responden. Dalam hal ini responden diberitahukan mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, serta cara pengisian kuesioner. Selanjutnya kuesioner yang telah diisi dikumpulkan untuk diperiksa kelengkapannya (kuesioner tertutup dan terbuka) dengan skala Likert (Azwar; 1997). Kuesioner di ujicobakan dahulu kepada responden sebanyak
50 orang diluar subyek penelitian.JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA http://www.skripsistikes.wordpress.com 7 Sedangkan data sekunder dilakukan dengan penelusuran
dokumen yang ada di AMA Yogyakarta dan STIKES Surya Global Yogyakarta.
C. Pengolahan dan Analisa Data
Untuk mendapatkan hasil penelitian, maka analisis data dilakukan melalui :
1. Analisis Kuantitatif Deskriptif Yakni dilakukan pendistribusian sampel berdasar semua variabel, perhitungan rerata dan prosentase. Pada analisis ini juga dilakukan pembahasan karakteristik responden.
2. Analisis Kuantitatif Inferensial
Yakni dengan melakukan perhitungan koefisien korelasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap pemanfaatan program PPKM Prima oleh mahasiswa AMA dan STIKES
Surya Global Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan pula analisa regresi bertahap untuk mengetahui faktor yang memiliki kontribusi paling dominan terhadap pemanfaatan program PPKM Prima. Dilakukannya uji hipotesis komparatif adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap mahasiswa dalam memanfaatkan Program PPKM, antara mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri dengan mahasiswa yang tinggal di tempat kost.
III. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis variabel kognitif diketahui bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap program PPKM prima relatif baik. kenyataan tersebut tentunya tidak lepas dari upaya sosialisasi oleh Balai
Pengobatan SHBP. Hasil analisis variabel afeksi menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki perasaan yang positif terhadap program PPKM prima, dan dari analisis kecenderungan perilaku menunjukkan frekuensi yang relatif besar mahasiswa memilki kecenderungan perilaku yang positif. Dari hasil pengumpulan angket, diperoleh bahwa tingkat persetujuan mahasiswa terhadap pemanfaatan program PPKM lebih berfariatif dan cenderung menurun dibanding aspek kognitif, afektif maupun kecenderungan perilaku.
1. Analisis Korelasi dan Regresi
Analisa korelasi dilakukan untuk mengetahui kondisi kekuatan hubungan antara masing-masing variabel X1,X2,dan X3 dengan variabel tergantung (Y). Dengan menggunakan rumus dari korelasi Pearson Product Moment, diketahui bahwa variabel (X1) dengan variabel pemanfaatan program (Y) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan rxy = 0,379 ; P<0,01. Artinya bahwa semakin meningkat aspek kognitif dari subyek akan semakin meningkat pula dalam pemanfaatan program PPKM Prima, hal ini didukung dengan besarnya sumbangan efektif aspek kognitif (X1) terhadap pemanfaatan program (Y) sebesar 8,07 %.
Korelasi variabel (X2) dengan variabel pemanfaatan program (Y) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif rxy = 0,366 ; P<0,01. Artinya bahwa semakin kuat aspek afektif (X2) dari subyek maka akan
semakin meningkat pula dalam pemanfaatan program (Y), hal ini didukung dengan besarnya sumbangan efektif aspek afektif (X2) terhadap pemanfaatan program (Y) sebesar 0,40% .
Korelasi instrumen variabel (X3) dengan variabel pemanfaatan program (Y) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan rxy = 0,485 ; P<0,01. Hal ini berarti, semakin tinggi aspek konatif (X3) maka semakin tinggi pula dalam pemanfaatan program (Y). Kontribusi efektif aspek konatif (X3) terhadap pemanfaatan program (Y) sebesar 11% mendukung pernyataan tersebut. Analisis regresi dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh aspek-aspek sikap yang meliputi: aspek (kognitif), aspek (afektif), dan aspek (konatif) terhadap pemanfaatan program Harga atau nilai koefisien regresi secara parsial antara varioabel (X1)=0,813, variabel (X2)= 0,11 dan variabel (X3)= 0,265 terhadap pemanfaatan program (Y). Sedangkan secara bersama-sama diperoleh koefisien korelasi (R)=0,411,koefisien Determinasi(R2)=0,1947 dengan Fregresi 7,7 P< 0,01. Pembuktian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel prediktor dengan kriterium tersebut, artinya semakin besar masing-masing variabel bebas maka akan diikuti dengan semakin besar pula pengaruhnya terhadap variabel (Y).Dengan demikian berarti secara bersama-sama ketiga variabel X1, X2,dan X3 mempengaruhi variabel (Y) sebesar 0,1947 (R2 koefisien determinasi). Atau aspek kognitif (X1), afektif (X2), dan konatif (X3) secara bersama-sama mempengaruhi dalam pemanfaatan program (Y) sebesar19,47%, sehingga ada variabel lain yang mempengaruhi diluar ketiga variabel dimaksud sebesar 80,53 %. Dengan demikian maka hipotesis yang menyatakan bahwa aspek kognitif, afektif dan konatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan program PPKM Prima oleh mahasiswa teruji dan dapat diterima serta terbukti, baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun secara bersama-sama. Mengenai hal ini, penulis menyarankan untuk menindaklanjuti enelitian ini kepada pihak SHBP sebagai kontribusi pemikiran agar program yang dujalankan kedepannya lebih baik. Variabel lain diluar variabel sikap dapat berasal dari berbagai aspek-aspek hal, maupun internal seperti dikemukakan Anderson (1974) bahwa selain aspek sikap (predisposisi) juga ada
karakteristik lain, seperti faktor pendukung dan faktor kebutuhan, juga layak diperhitungkan adanya variabel demografi, struktur sosial, sumber keluarga, struktur ekonomi masyarakat dan sebagainya.
Tabel 3. Kepercayaan (X1), Perasaan (X2), dan Kecenderungan
Perilaku (X3) terhadap Pemanfaatan Program (Y)
No
|
Variabel
|
Koefisien Regresi
(b)
|
Kontribusi
Determinasi
(R2)
|
Koefisien
Korelasi
(R)
|
Kontribusi
Efektif
(%)
|
1
2
3
4
|
X1, X2, X3
terhadap
Y
X1
X2
X3
|
0,379
0,366
0,485
|
0,1947
|
0,4412
|
8,070
0,40
11,00
|
Berdasarkan analisis korelasi dan regresi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara aspek kognitif (X1) dengan pemanfaatan program PPKM Prima (Y) diterima, demikian halnya dengan aspek afektif (X2) dengan pemanfaatan program juga memiliki pengaruh yang positif sehingga hipotesis dimaksud diterima dan terbukti. Adapun untuk aspek konatif (X3) dengan pemanfaatan program (Y) juga diterima dan terbukti. Selain itu untuk hipotesis yang menyatakan bahwa aspek konatif (X3) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap pemanfaatan program (Y), juga terbukti dan diterima, dengan kontribusi efektif sebesar 11% dan paling besar dibanding variabel bebas lainnya. Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi tersebut dapatkan dijelaskan, bahwa suatu sikap memiliki pengaruh yang kuat dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan tertentu berdasarkan pada stimulus yang mereka terima. Konsepsi teoritis yang telah diuraikan sebelumnya seperti pendapat Hosland,1953 cit Notoatmodjo, 2003 lebih memperkuat pendapat diatas, dimana ia menyatakan bahwa perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Dalam pengertian ini individu menerima stimulus sebagai perhatian, stimulus kemudian diolah menjadi kesediaan untuk bertindak (bersikap). Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan (perubahan perilaku). Dari berbagai riset yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan telah menghasilkan berbagai model,
dimana salah satu model yamg dikembangkan adalah model sosialpsikologis ,dalam hal mana tipe variabel-variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan. Karakteristik predisposisi (sikap) juga menjelaskan fakta bahwa tiap individu memiliki kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda (Anderson,1979). Fakta ini juga untuk menjelaskan pembuktian hipotesis tentang
faktor kecenderungan perilaku (X3) sebagai faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan program PPKM Prima oleh mahasiswa (Y). Asumsi tentang determinan kecenderungan perilaku tersebut
dibanding aspek lainnya seperti kognitif dan afektif kiranya dapat dipahami, mengingat kecenderungan perilaku adalah sebagai kumpulan dari informasi yang telah diendapkan dalam proses penerimaan,penilaian, kepercayaan, keterlibatan emosi/perasaan, keyakinan dan persepsi, atau sebagai refleksi dari berbagai gejala kejiwaan yang belum diaktualisasikan meskipun telah ada proses pengambilan keputusan. Dengan pemahaman tersebut, maka perilaku pemanfaatan program PPKM Prima dalam pelayanan kesehatan yang ditawarkan kepada mahasiswa adalah memfasilitasi dari pengorganisasian proses-proses psikologi oleh mahasiswa yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu obyek, yang dalam konteks ini adalah lingkup pelayanan kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa perilaku pemanfaatan sangat ditentukan oleh faktor sikap dimana aspek kecenderungan perilaku berfungsi secara dominan dibanding aspek lainnya.Karena perilaku sendiri merupakan konsepsi yang tidak
sederhana, maka tentunya dalam bersikap seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal lingkungannya, sehingga perilaku dapat dipandang sebagai variabel pencampur (intervening variable) yakni mencampuri atau
mempengaruhi subyek (mahasiswa) terhadap stimulus.
2. Analisis Chi Square
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa uji Chi Square merupakan metode non parameterik yang digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan lebih dari dua proparsi (Atmaja, 1977), sekaligus sebagai uji hipotesis terhadap ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa berdasarkan tempat tinggal.Dari uji analisis Chi Square diperoleh data bahwa antara sikap defacto (hasil observasi ) dan sikap ideal ( secara reoritis ) dengan tinjauan dari kelompok mahasiswa yang berdomisili dirumah sendiri dengan mahasiswa yang berdomisili ditempat kost menunjukkan adanya perbedaan atau pengaruh yang signifikan dengan Chi Square 5,92 ;P<0,042. Ini artinya pada kedua kelompok tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
( P<0,05 ) dalam sikapnya terhadap pemanfaatan program PPKM Prima. Pada kelompok mahasiswa yang bertempat tinggal di kost memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya, yakni mereka yang bertempat tinggal di rumah sendiri. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa, tingkat kognitif (X1) atau kepercayaan terhadap Program PPKM Prima untuk mahasiswa kost lebih baik (32,3%) dibanding kelompok mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri yakni, (23,3%). Sementara untuk perbedaan tingkat afeksi (X2) atau perasaan bagi mahasiswa kost adalah sebanyak (45,2%) menyatakan
persetujuannya dan sangat setuju terhadap Program PPKM Prima,sedangkan (27,4%) lainnya adalah kelompok mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri.
Adapun untuk tingkat konasi (X3) atau kecenderungan perilaku menunjukkan bahwa, sebanyak (42,2%) mahasiswa kost menyatakan persetujuannya dan sangat setuju terhadap Program PPKM Prima,
sementara sisanya (31,1%) adalah kelompok mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri. Dengan demikian dapat dinyatakan kelompok mahasiswa kost memiliki respons yang jauh lebih baik dibanding
kelompok mahasiswa ke dua, yakni mereka yang berdomisili di rumah sendiri dalam hal sikapnya terhadap pemanfatan Program PPKM Prima, baik yang menyangkut aspek kognisi, afeksi, maupun konasi.
Dari hasil perhitungan lain dengan menggunakan Mann Whitney Test diperoleh hasil, bahwa dari uji perbedaan sikap pada mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan Z= -2,036 ; P <0,042. Hal ini dapat dilihat dari mean kelompok mahasiswa kost sebesar 143,83 sedangkan kelompok mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri sebanyak 124,28 dengan selisih 19,55. Dari hasil perhitungan masing-masing skor dapat pula dijelaskan bahwa untuk tingkat kognisi (X1)dari kedua kelompok mahasiswa tersebut menunjukkan skor observed (5) dan skor expected
(5,5),sementara untuk tingkat afeksi (X2) skor observed (5,2) dan expected (6,4) dan untuk tingkat konasi (X3) skor observed (6,9) sementara skor expected (7,1). Artinya sikap yang ditunjukkan oleh ke dua
kelompok mahasiswa tersebut masih dibawah skor yang diharapkan.Mencermati uraian diatas dapatlah dinyatakan, meskipun sikap seseorang terhadap suatu obyek yang dimanifestasikan dalam bentuk
perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dari luar, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari individu bersangkutan. Hal ini berarti sekalipun stimulus sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus menjadi berbeda ini dikenal dengan determinan perilaku ( Bloom, 1908 cit Notoatmodjo, 2003) Determinan perilaku ini dapat dibedakan atas dua faktor yang antara lain meliputi :
1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan. Misalnya tingkat kecerdasan, emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,politik, dan sebagainya.
Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa baik kepercayaan, perasaan dan kecenderungan perilaku mahsiswa terhadap pemanfaatan program dapat dikatakan belum optimal, kodisi demikian kemungkinan
masih kurangnya pemahaman subyek terhadap pola hidup sehat. Oleh sebab itu perlu adanya upaya yang berkala untuk menstimulan subyek agar meningkat kesadarannya untuk melakukan pola hidup sehat,
disamping upaya peningkatan persepsi terhadap aspek pelayanan kesehatan secara sungguh-sungguh. Hal ini mutlak perlu, mengingat perilaku seseorang sangat ditentukan oleh stimulus yang didapat, baik yang bersifat tetap (eleciting stimulation) maupun yang bersifat dinamis
(instrumenta respons) atau reinfarcing stimulation (Skiner, 1938 cit Notoatmodjo, 2003).Dari berbagai penelitian membuktikanbahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan (kognitif) akan lebih langgeng dari pada perilau yang tidak didasari oleh pengetahuan (Roger, 1974 cit Notoatmodjo, 2003).Dengan demikian layak dipetimbangkan untuk mengupayakan usahausaha penyadaran (awareness) tentang arti pentingnya kesehatan untuk mahasiswa dengan program pelayanan kesehatan secara berlanjut, sehingga subyek/ mahasiswa mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu, kemudian muncul interest, evaluation, trial dan adoption atau berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Roger, 1974 cit Notoatmodjo, 2003).
ANALISIS :
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dari hasil penelitian dan uji analisis yang telah dibahas dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Aspek kognitif (X1), aspek afektif (X2), dan aspek konatif (X3) berpengaruh terhadap pemenfaatan program PPKM Prima (Y).
2. Aspek konatif mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap pemanfaatan Program PPKM Prima.Artinya aspek konatif adalah pemberi kontribusi terbesar terhadap variabel Y sebesar 11%, terbesar diantara variabel bebas lainnya.
3. Ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal di rumah sendiri dengan mahasiswa kost, dimana sikap mahasiswa yang tinggal di kost cenderung lebih baik dalam hal pemanfaatan program PPKM Prima dibanding mahasiswa Yang tinggal di rumah sendiri. Pewrbedaannya terletak pada masing-masing aspek sikap antara kelompok mahasiswa kost dan kelompok mahasiswa tinggal di rumah sendiri.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar